Salah satu trend masyarakat Arab modern di kawasan Teluk sejak 2-3 dekade terakhir ini adalah berlomba-lomba menyekolahkan kader-kader mudanya yang bagus ke lembaga-lembaga pendidikan bergengsi di Barat, khususnya Amerika.

Aramco, misalnya, sebagai perusahaan minyak terbesar di dunia yang lokasinya di samping kampusku, setiap tahun setidaknya menawarkan beasiswa penuh kepada ribuan anak-anak muda Saudi potensial, baik Sunni maupun Syiah, untuk menimba ilmu di Negeri Paman Sam ini. Mereka yang lolos seleksi ditraining bahasa dan budaya Amerika di komplek Aramco yang luasnya seperti kota tersendiri oleh para “bule asli”.

Perusahaan-perusahaan besar lain di Saudi juga berlomba-lomba menawarkan beasiswa untuk belajar di Amerika dan negara-negara Barat lain khususnya di bidang studi-studi non-Islam (sciences, engineering, kedokteran, perbankan, keuangan, teknologi, dan lain sebagainya). Hal yang sama juga dilakukan oleh pemerintah Saudi yang gencar menyekolahkan kader-kader mudanya ke Amerika, Kanada, atau Eropa Barat.

Saya juga menjadi “penasehat” sejumlah sarjana Saudi yang menjadi Graduate Assistants di departement kami yang akan menempuh studi lanjut di bidang ilmu-ilmu sosial di kampus-kampus Amerika, antara lain Boston University (almamaterku), University of Pennsylvania, Georgetown University, dan Indiana University.

Dari King Abdullah Scholarship Program saja, Arab Saudi sudah memberangkatkan lebih dari 150.000 mahasiswa di negara-negara Barat, khususnya Amerika, Eropa, Kanada, dan Australia, juga China dan Jepang, untuk belajar di berbagai bidang keilmuan. Catat baik-baik ya: negara-negara Barat. Tidak ada satupun yang dikirim ke kampus-kampus Indonesia. Ini tentu sebuah ironi disaat sejumlah kaum salafi di Indonesia melarang sekolah di Barat (bahkan memaki-maki sebagai “kampus kafir”), Saudi sendiri mengerahkan warganya untuk belajar di kampus-kampus Barat!

Menariknya, Saudi menawarkan sejumlah beasiswa ke Indonesia dan negara-negara Muslim berkembang lain untuk belajar ke Arab Saudi (khususnya untuk belajar Islamic studies maupun disiplin lain), sementara mereka sendiri mengirim anak-anak didiknya ke negara-negara Barat. Antik kan? Anda tahu apa arti semua ini? [SQ]

Artikulli paraprakMemperkenalkan Kebudayaan Arab dan non-Arab
Artikulli tjetërArab dan Yahudi di Israel
Antropolog Budaya di King Fahd University, Direktur Nusantara Institute, Kontributor The Middle East Institute, Kolumnis Deutsche Welle, dan Senior Fellow di National University of Singapore.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini