Surat terbuka untuk masyarakat & pemerintah Indonesia: saya perlu menulis & menegaskan lagi tentang konflik Timur Tengah karena saya lihat banyak pihak di Indonesia “tidak nyambung” dalam menanggapi masalah ini.

Seperti yang saya tegaskan dipostingan FB-ku sebelumnnya: eksekusi terhadap Nimr al-Nimr tidak ada hubungannya dengan “kebencian terhadap Syiah”. Ini murni persoalan “politik” tidak ada sangkut pautnya dengan masalah “keagamaan”. Harus dibedakan antara Saudi atau Iran sebagai “entitas politik” dengan Sunni/Syiah sebagai “entitas agama”.

Ingat bukan hanya al-Nimr saja yang  dieksekusi tapi juga puluhan gembong “Wahabi radikal” juga dihukum. Ingat juga, jika ini perseteruan anti-Syiah, maka tokoh (komunitas) Syiah lain di Saudi juga turut dihabisi. Kenyataannya tidak. Jika memang ini anti-Syiah, kenapa tidak  semua tokoh-tokoh Syiah di Saudi mendukung al-Namr?

Seperti saya jelaskan sebelumnya, al-Nimr (dan jg Hamzah al-Hassan) adalah salah satu “sayap radikal” Syiah, tokoh “rejeksionis” dan pelopor gerakan oposisi (meski bukan dengan  “angkat senjata”) terhadap Dinasti Saud yang sudah  sejak lama membangun link dengan Iran untuk melawan Kerajaan Saudi sambil menegaskan bahwa kedaulatan itu ada di “tangan Tuhan”.

Seperti yang jelaskan sebelumnya, banyak tokoh Syiah di Saudi (seperti Hassan Al Saffar, Ibrahim al-Bathouth, Syeikh Humaidan dan lain sebagainya) yang memilh sikap “akomodasionis” ketimbang melakukan perlawanan politik terhadap kekuasaan karena dipandang berdampak lebih buruk bagi warga Syiah di Saudi.

Perlu juga diingat bahwa jika kaum Syiah di Saudi memiliki “masalah keagamaan”, maka “masalah keagamaan” mereka itu hanya dengan “sayap ekstrim” Wahabi yang suka “mengafir-sesatkan” & bahkan melakukan tindakan kekerasan (terorisme, penembakan & pengeboman) terhadap warga Syiah, bukan dengan Sunni.

Sudah saya tegaskan berkali-kali, warga Syiah disini (baik yg Imamiyah, Isma’iliyah, Zaidiyah) tidak ada masalah dengan warga Sunni! Dan perlu kalian catat juga, kelompok “Wahabi radikal” ini bukan hanya ditentang oleh umat Syiah saja tapi juga oleh warga Sunni dan Wahabi itu sendiri.

Jadi menurut saya, sejumlah kelompok dan tokoh Muslim di Indonesia– baik kubu yang anti-Saudi dan pro-Iran maupun yang pro-Saudi dan anti-Iran—sama-sama “gagal paham” dalam memahami situasi disini.

Berpikirlah secara jernih dan renungkanlah secara mendalam sebelum bersuara supaya tidak  menimbulkan kebingungan, kesalahpahaman, dan kekacauan umat. Masyarakat Indonesia juga jangan mau ditarik-tarik & “dikadali” oleh sejumlah “tokoh agama” radikal-konservatif yang sering gembar-gembor menggalang kebencian terhadap warga Syiah & minoritas agama lain di Indonesia dengan memanipulasi isu-isu politik sektarian di Timur Tengah.

Mereka ini tidak lebih dari para makelar & tengkulak ideologi ekstremisme-intoleran yang dimana-mana menjadi sampah masyarakat. Kepada Pemerintah Indonesia juga jangan  sampai turut mendukung “politik sektarian” & jangan mau mengikuti bisikan & desakan sejumlah kelompok primordial tertentu yang justru akan menjadi bumerang & merugikan masyarakat di kemudin hari. Hidup di dunia cuma sekali, gunakanlah sebaik-baiknya untuk mewujudkan perdamaian & menggalang persahabatan, bukan malah tersungkur dalam lingkaran kekerasan & permusuhan…

Artikulli paraprakDunia Paska Kematian
Artikulli tjetërEksekusi Syaikh Nimr Bukan Soal Anti-Syiah (Bag. 1)
Antropolog Budaya di King Fahd University, Direktur Nusantara Institute, Kontributor The Middle East Institute, Kolumnis Deutsche Welle, dan Senior Fellow di National University of Singapore.