Adakah tradisi semacam “Halloween” di kawasan Arab? Ada. Namanya macam-macam. Di Saudi, khususnya Saudi bagian Timur, tradisi ini namanya garga’an (tulisannya “qarqi’an” tapi dibaca “garga’an” dalam dialek Arab Saudi). Di Uni Emirat Arab namanya “Haqq al-Lailah”. Di Oman namanya “al-Thalabah”. Di Qatar, ia bernama “karunka’uh”. Di masyarakat Arab lain, punya nama lain lagi. Tapi intinya sama.

Tradisi ini dilakukan pada pertengahan bulan Ramadan, dimana anak-anak biasanya dalam rombongan datang ke rumah-rumah (biasanya setelah Maghrib) menyanyikan lagu-lagu tertentu atau “trick or treat” dengan kostum tertentu pula. Penghuni rumah kemudian memberi permen atau uang recehan ke anak-anak.

Inilah bagian dari “keunikan” manusia yang sebetulnya kalau diteliti itu tidak sepenuhnya “unik” karena banyak tradisi atau budaya tertentu tidak bersifat “eksklusif” melainkan banyak disaksikan di berbagai masyarakat di belahan dunia. Tergantung apakah “teori evolusionisme” atau “diffusionisme” yang Anda pilih, yang jelas tradisi dan kebudayaan manusia itu sangat kaya dan menyebar yang menunjukkan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk bermigrasi dan beradaptasi dengan lingkungan.

Lihat saja misalnya, konsep “surga-neraka” (meskipun dengan nama berlainan, meskipun ada juga yang mirip-mirip) hampir selalu ada di berbagai kebudayaan masyarakat: dari Mesir Kuno, India Kuno, sampai Melanesia Kuno. Begitu pula konsep tentang agama dan ketuhanan: ada dimana-mana. Hal lain adalah praktek-praktek ritual-kepercayaan masyarakat Jawa abangan juga bisa dijumpai di Mesir seperti pernah ditulis oleh Edward William Lane dalam “An Account of the Manners and Customs of the Modern Egyptians” yang ditulis pada abad ke-19.

Ah kok kayak nulis artikel sih. Intinya begini: jadi orang itu jangan gumunan, jangan kemaki, jangan sok-sokan merasa sebagai pemilik tunggal yang sah ini-itu, merasa paling unik, paling istimewa, paling sempurna, paling oke-oce, paling waouww, paling-paling pada akhirnya cuma klaim doang.

Perbanyaklah membaca, supaya wawasannya semakin luas, cakrawala semakin lebar, pikiran semakin matang, tindakan semakin bijak, mata semakin tajam laksana rajawali, bukan seperti kodok masuk angin yang ngumpet di dalam tempurung terus kentat-kentut sendirian he he. Ayo Mat mentil lagi biar cepet gede [SQ]

Artikulli paraprakFPI Membohongi Umat Islam (Lagi)?
Artikulli tjetërGus Dur sebagai Teladan Bangsa
Antropolog Budaya di King Fahd University, Direktur Nusantara Institute, Kontributor The Middle East Institute, Kolumnis Deutsche Welle, dan Senior Fellow di National University of Singapore.