Banyak yang bilang jangan mengatakan kata-kata tertentu karena dianggap “saru”, “jorok”, “tabu”, “tidak sopan”, atau “tidak pantas.” Sebetulnya, semua kata itu sama dan “bebas nilai”. Tidak ada kata yang secara inheren atau intrinsik itu saru, jorok, tabu, tidak sopan, tidak pantas dlsb.
Apa sih sebetulnya “perbedaan substansial” antara rambut kepala, jenggot, kumis, alis, jambang, bulu ketek, dan jembut misalnya? Bukankah itu sama-sama rambut? Tetapi kenapa ngomong “jembut” dianggap saru, sedangkan “jenggot” tidak? Kalau saya bilang: “Apakah jenggot dan jembutmu sama panjangnya?” itu kira-kira saru tidak? Ini kan cuma rambut, cuma beda tempat doang he he.
Kemudian, yang membuat kata-kata tertentu itu saru, jorok, tabu, tidak sopan, atau tidak pantas itu adalah “komunitas manusia” atau masyarakat tertentu. Dengan kata lain, menurut para sosiolog, kata-kata yang dianggap publik sebagai “saru” itu sebetulnya adalah sebuah “konstruksi sosial” yang memiliki sejarah, konteks, dan tujuan tertentu dan spesifik sifatnya. Memang, manusialah yang menciptakan kata-kata itu.
Saru dan tidak juga sangat terkait dengan wawasan atau pengetahuan seseorang. Anda yang tidak paham dengan kata-kata tertentu itu saru atau tidak, tentu biasa saja menanggapi omongan atau tulisan orang lain yang menurut mereka “saru”. Misalnya, orang Ambon bilang “puki” atau “cuki mai” itu saru sekali (dan tabu) tetapi buat orang Jawa yang tidak paham ya cuma tertawa cengengesan saja. Atau, orang Batak bilang “lontong”. Bagi orang Jawa ya itu enak dimakan he he.
Kata yang dianggap “saru” itu juga bersifat lokal-terbatas, bukan “trans-regional”, apalagi “trans-nasional”. Di beberapa bagian di Jawa Tengah, kata “turuk” itu dianggap saru karena berarti “tempik” atau “vagina” tapi bagi orang Arab, “turuk” artinya “berbagai jalan” (jamak dari “tariq”). Ada banyak “turuq” di Tanah Arab he he.
Meski begitu, tolong jangan dilampiaskan susuka hatimu. Ini hanya untuk pengetahuan dan untuk “kelas dewasa” saja, baik yang sunat maupun yang tidak sunat he he. Bagi yang belum dewasa, dilarang komen, sana cuci kaki dulu terus nyusu dan “bobok” he he.