Seharusnya atau idealnya beragama itu membuat orang lebih toleran, terbuka, dan jauh dari watak-watak “etnosentrisme” atau pandangan superior terhadap yang lain, bukan malah menjadi intoleran, tertutup dan etnosentris. Sebab apa yang umat beragama percayai, yakini dan praktekkan juga terjadi pada umat agama lain.
Kita sering tidak sadar dengan menganggap wajar, lumrah, halal atau sah apa yang kita yakini dan amalkan sementara pada saat yang sama menganggap tidak wajar, haram atau ilegal terhadap keyakinan dan praktek agama orang lain.
Simak misalnya, sejumlah kelompok Islam begitu mudahnya mengafir-sesatkan, membid’ahkan atau “menggilakan” kelompok agama tertentu yang hobi ziarah kubur atau mereka yang “menyembah” batu, pohon atau objek tertentu.
Sementara itu pada saat yang sama, mereka tidak mempersoalkan beragam ritual kaum Muslim pada waktu ibadah haji / umrah seperti “muter-muter” bangunan kubus hitam yang sederhana bernama Ka’bah, “jogging” antara bukit Shafa-Marwa, “melempari setan” dengan kerikil (baca: lempar jumrah) dan sebagainya.
Para jamaah haji / umrah juga berebut berdoa, uyel-uyelan, sikut-sikutan bahkan tidak sedikit yang menangis meraung-raung di sebuah batu hitam bernama hajar aswad. Bagi umat Islam, sejumlah praktek ritual ini adalah sesuatu yang lumrah belaka. Kaum Muslim (termasuk saya) juga tidak merasa sebagai orang gila dengan menjalani “ritual aneh” ini.
Jika kita merasa wajar menjalani ritual-ritual seperti ini, kelompok agama lain juga sama terhadap aneka ritual dan simbol-simbol keagamaan yang mereka lakukan dan yakini. Begitu pula, jika kita menganggap “gila” dan “aneh” terhadap praktek-praktek ritual keagamaan kelompok lain, mereka juga menganggap “gila” dan “aneh” terhadap ritual-keagamaan yang kita lakukan.
Oleh karena itu sikap terbaik tentu saja toleran dan menghormati apa yang dilakukan kelompok agama lain karena masing-masing dari kita memiliki pengalaman teologis, keagamaan, dan spiritualitas yang berlainan, bukan malah “menang-menangan” sok “jagoan” merasa diri sebagai yang paling super, paling lurus, paling benar, dan paling agamis. [SQ]