Setelah melalui perenungan dan seleksi mendalam sepertinya ada empat figur yang layak memimpin Jakarta. Empat figur itu adalah Basuki, Tjahaja, Purnama, dan Ahok. Dari keempat figur ini sepertinya Ahok yang paling mumpuni karena dalam dirinya berkumpul tiga potensi, kualitas, dan kekuatan sekaligus yang dimiliki oleh Pak Basuki, Pak Tjahaja, dan Pak Purnama. Jakarta perlu tokoh prima seperti Ahok untuk membongkar para “tikus got” dan untuk mengungkap para preman hipokrit yang bersembunyi di balik baju-baju kesalehan.

Saya tidak mengenal Ahok. Saya tidak pernah bertemu beliau, apalagi selfie bareng. Saya juga bukan tim sukses Ahok. Kalau saya memberi “dukungan moral” ke Ahok, bukan karena ia seorang Kristen. Bukan pula karena ia seorang China. Saya mendukung Ahok karena kualitasnya, performanya, kinerjanya, dedikasinya, komitmennya, kecerdasannya, ketegasannya, “kebersihannya”, kejujurannya, keberaniannya dan nya-nya yang lain.

Jakarta butuh sosok pemimpin yang bersih, tegas, dan berani membongkar jaringan koruptor dan “preman politik” yang bergentayangan di setiap gang, bukan orang-orang korup bermental kerdil bin picik.

Jakarta butuh sosok seperti singa yang gagah perkasa mengawal padang savana atau rajawali yang bercakrawala luas, bukan “tikus empang” yang kotor dan rakus menggerogoti makanan atau kodok yang ngumpet dalam tempurung.

 Jakarta butuh figur pemimpin seperti burung hantu yang jeli, tajam, dan mampu melihat dalam kegelapan guna membongkar rombongan “serigala berbulu domba” dan membersihkan “setan gendruwo bertampang malaikat”.

Jakarta butuh sosok seperti Ahok bukan figur-figur pecundang yang hobi menggalang sentimen agama dan etnis untuk kepentingan perutnya sendiri dan kelompoknya. Jika ada tokoh Muslim yang lebih hebat dari Ahok, tunjukkan ke saya, saya dengan senang hati akan mendukungnya. Bukan karena Islamnya tapi karena kualitasnya…

Artikulli paraprakEksekusi Syaikh Nimr Bukan Soal Anti-Syiah (Bag. 1)
Artikulli tjetërGagal Paham “Arab KW” di Indonesia
Antropolog Budaya di King Fahd University, Direktur Nusantara Institute, Kontributor The Middle East Institute, Kolumnis Deutsche Welle, dan Senior Fellow di National University of Singapore.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini