Presiden Mesir, Abdul Fattah al-Sissi, belum lama ini meresmikan sebuah gereja katedral yang konon disebut-sebut sebagai gereja terbesar di Timur Tengah untuk umat Kristen Ortodoks Koptik yang juga disebut-sebut sebagai umat Kristen terbesar di Timur Tengah.
Di Mesir sendiri, ada sekitar 10-15 persen jamaah Kristen Ortodoks Koptik (sekitar 15-17 juta) dari total penduduk di “negeri piramida” ini. Selain Gereja Kristen Ortodoks Koptik, di Mesir juga cukup banyak populasi umat Katolik Koptik, Gereja Ortodoks Yunani, Gereja Evangelis, dlsb.
Peresmian itu dilakukan di hari Minggu, 6 Januari, 2019, tepat sehari sebelum umat Koptik merayakan Natal yang jatuh pada 7 Januari. Gereja Ortodoks Koptik, sebagaimana umat Kristen Ortodoks di Etiopia, Russia, dan Serbia, memang merayakan Natal pada 7 Januari, bukan 25 Desember. Sehingga bisa dikatakan peresmian gereja katedral ini sebagai sebuah “kado Natal” untuk umat Kristen Koptik khususnya.
Peresmian gereja katedral ini disambut gembira oleh banyak pihak, bukan hanya oleh para pendeta dan pastor di Timur Tengah atau Paus Fransiskus saja tetapi juga oleh Grand Syaikh Al-Azhar, Syaikh Ahmed el-Tayeb, yang menganggap pembangunan itu sebagai lambang harmoni Muslim-Kristen.
Sejak ditahbiskan menjadi Presiden Mesir, al-Sissi memang terus menggalang hubungan harmoni dengan umat non-Muslim, khususnya umat Koptik. Bukan hanya mendirikan gereja saja, Presiden Sissi juga merekrut sejumlah tokoh dan intelektual Koptik sebagai menteri di pemerintahannya.
Umat Kristen di Mesir, khususnya Koptik, sering menjadi target pengeboman dan sasaran kekerasan oleh sekelompok tengil radikal Islamis. Banyak gereja Koptik yang dibom dan dihancurkan oleh faksi radikal ini.
Dalam upaya menciptakan harmoni sosial di Mesir itu, Presiden Sissi yang mantan seorang jenderal tentara itu, terus memburu kelompok teroris dan militan Islamis yang sering menjadi biang kerok kekacauan di negerinya. Sikap Presiden Sissi ini cukup kontras dengan sejumlah bekas jenderal di Indonesia yang justru “main mata” dengan kalangan Islamis militan-konservatif.
Dimana-mana, termasuk di Indonesia, kelompok radikal Islamis memang selalu membuat onar, kekerasan, intoleransi, dan kekacauan serta memusuhi siapa saja, baik non-Muslim maupun umat Islam diluar kubu mereka. Jika non-Muslim dimusuhi karena dianggap “si tapir musuh Islam”, maka umat Islam diluar mereka pun dimusuhi karena dituduh “sesat” atau “murtad”.
Semoga mereka mendapat hidayah dan hidayat supaya kembali dan hijrah ke jalan yang benar, tidak lagi terjerembab dan tersesat di alam kegelapan milik para demit dan kentiwul.
Jabal Dhahran, Jazirah Arabia
Baca Juga:
- Umat Islam Tidak Akan Masuk Surga
- Sistem Politik Pemerintahan Islam Itu Tidak Ada
- Islam: Rahmatan Lil Alamin?