Jika ingin lebih akurat melihat “problem sosial” di “Tanah Arab”, khususnya “Arab Teluk”, harus dilihat dan dianalisis dari perspektif relasi antar-suku & klan, bukan dalam konteks dikotomi Sunni-Syiah. Ini yang sering dilupakan oleh para “pengamat asing” dan komentator karbitan yang “gagal paham” dalam melihat problem sosial-kemasyarakatan di kawasan ini.
Sejak zaman baheula, sebelum Nabi Muhammad SAW lahir, masalah kesukuan ini sangat “lengket” melekat dalam “identitas bangsa Arab” selengket lem yang susah untuk dilumerkan. Fanatisme antar-suku & klan ini jauh lebih kental ketimbang fanatisme terhadap Sunni/Syiah.
Tidak jarang pengikut Sunni dan Syiah itu dari suku/klan yang sama seperti Alsyaikh, Al-Bahrani, Al-Otaibi, Al-Qahtani dan lain sebagainya sehingga tidak mudah untuk membenturkan Sunni-Syiah lantaran kuatnya jalinan kesukuan dan jaringan antar-suku ini.
Itulah sebabnya, saya kira, kenapa berbagai upaya kelompok “Wahabi-Salafi konservatif-radikal” yang ingin “mengobok-obok” Syiah dengan membenturkan dengan non-Syiah tidak berjalan dengan mulus alias “gagal maning gagal maning”. Ingat jangan kau anggap bahwa semua warga Saudi itu supporter kelompok konservatif-ektremis ini. Anda keliru besar…
Ada ratusan suku dan klan di kawasan ini yang membentuk semacam “jaringan laba-laba”, dan jaringan suku itu dipakai sebagai jalan untuk mengakses ekonomi, politik, pendidikan, bisnis, lapangan kerja, perjodohan dan lain sebagainya. Bagi suku/klan elit, berpengaruh, dan mayoritas akan mudah untuk mendapatkan akses itu.
Tetapi bagi suku-suku kecil, minor, dan lemah akan kesulitan untuk mendapatkan akses itu. Tidak peduli Sunni kek, Syiah kek, Susyi kek…Dulu pada zaman Kanjeng Nabi, Suku Quraisy yang dominan. Sekarang mereka tidak lagi berpengaruh terisolasi di kawasan Hijaz. Kini suku-suku yang berpengaruh & berkuasa adalah Al Saud, Al Syaikh, Al-Tuwaijiry, Bani Tamim, dan lain-lain.
Diluar suku-suku ini (lagi tidak peduli Sunni, Syiah, Susyi…) akan kerepotan mendapatkan keistimewaan politik-ekonomi jika tidak memiliki akses alias “ngupil” dengan suku/klan dominan tadi.
Jadi, jangan dikit-dikit konflik Sunni-Syiah, dikit-dikit konflik Sunni-Syiah. Konflik Sunni-Syiah kok dikit-dikit. Paham?