Beranda Facebook Post Selamat Jalan Mas Amir

Selamat Jalan Mas Amir

932
0

Sedih dan kaget sekali mendengar kabar mendadak pagi ini tentang kematian sahabat karibku, Dr. Amirudin, yang biasa saya sapa Mas Amir. Menurut informasi, ia wafat karena covid. Padahal, beberapa hari lalu kami sempat ngobrol ceria dan berkirim pesan di WA tentang banyak hal termasuk mengagendakan acara diskusi dan bedah buku.

Mas Amir adalah Ketua Departmenen Antropologi Unversitas Diponegoro (Undip), Ketua Asosiasi Antropologi Pengda Jawa Tengah, dan sejumlah posisi lain, baik di lingkungan Undip, Jawa Tengah, maupun tingkat nasional. Mas Amir juga seorang pekerja keras, peneliti dan penulis yang rajin, selain pembicara seminar yang mumpuni.

Karena kepakarannya, ia sering saya libatkan menjadi salah satu tim panelis (dewan juri) untuk menyeleksi naskah-naskah tesis atau disertasi yang dikirim untuk dikompetisikan di ajang Nusantara Academic Award maupun Nusantara Writing Grant yang diselenggarakan oleh lembaga saya, Nusantara Institute.

Pertemuan saya dengan Mas Amir bermula di Lakpesdam NU Jawa Tengah lebih dari 20 tahun yang lalu saat kami sama-sama sebagai pengurus dan peneliti di lembaga itu. Lakpesdam adalah lembaga atau badan otonom NU yang bergerak di bidang riset, kajian, dan pengembangan SDM.

Waktu itu Lakpesdam Jateng diketuai oleh Prof. Mudjahirin Thohir, seorang antropolog senior Undip. Ada lima “tim inti” peneliti Lakpesdam kala itu, yaitu Pak Mudjahirin, Mas Agus (alm. Prof. Agus Maladi, juga dari Undip), Mas Mukhsin (Prof. Mukhsin Djamil, kini warek di UIN Semarang), Mas Amir, dan saya. Kami dulu runtang-runtung bareng riset dan diskusi.

Semasa hidupnya, Mas Amir gigih sekali “merayu” saya agar mau pindah/boyongan ke Undip supaya bisa sama-sama membesarkan Departemen Antropologi. Ia mengaku sudah menghubungi dan melobi sejumlah petinggi Undip yang semuanya, menurutnya, sudah oke. Saya sendiri belum memberikan jawaban apa-apa dan belum kepikiran untuk secara serius pindah mengajar di Indonesia. Ia juga minta saya membantu mencarikan kader-kader antropolog muda yang berkualitas untuk menjadi dosen di Undip.

Kamatian memang sangat misterius. Ia bisa menghampiri siapa saja dan kapan saja. Maka kita harus selalu siap menerima jika ia sewaktu-waktu menghampiri kita, keluarga kita, dan sahabat kita tercinta. Selamat jalan Mas Amir. Saya bersaksi kamu orang yang sangat baik. Damailah di alam baka.

Artikulli paraprakIslam, Muslim and Anthropology
Artikulli tjetërArab, Israel dan Yahudi
Antropolog Budaya di King Fahd University, Direktur Nusantara Institute, Kontributor The Middle East Institute, Kolumnis Deutsche Welle, dan Senior Fellow di National University of Singapore.