Beranda Facebook Post Beasiswa Kuliah (1)

Beasiswa Kuliah (1)

1825
2

Sejak zaman dahulu kala beredar luas desas-desus kalau kuliahku “dibiayai Kristen dan Barat”. Saya tidak tahu siapa yang awal-mula menyebarkan informasi ini tetapi gaungnya cukup ramai sampai di pelosok-pelosok. Secara khusus, yang mereka maksud dengan “Kristen dan Barat” itu adalah beasiswa dari Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Salatiga, dan Boston University (BU), Amerika Serikat.

Menurut para penyebar info “sindikat sarasehan” (saracen sudah biasa) ini, beasiswa Kristen dan Barat itu telah membuat saya murtad dan anti-Islam dan “mengobok-obok” kaum Muslim. Padahal yang saya “obok-obok” itu cuma jamaah Mamat-Mimin-Momon doang he he. Saya tidak tahu dari mana mereka menuduh saya telah murtad he he. Kalaupun saya dianggap telah “keluar dari Islam” ya nanti tinggal masuk lagi gampang kan? he he

Orang yang kenal dekat denganku, terutama teman-teman seperjuangan dari IAIN (kini UIN) Semarang, mereka tahu bagaimana sejarah, lika-liku, dan jerih-payahku kuliah, baik di Indonesia maupun di Amerika.

Selepas dari IAIN Semarang, saya dulu memang melanjutkan studi pascasarjana, S2 jurusan “Agama dan Masyarakat” (atau Sosiologi Agama) di UKSW. Saya bukan satu-satunya mahasiswa Muslim waktu itu. Ada sejumlah mahasiwa Muslim dari Aceh, Salatiga, dan lainnya. Teman seangkatanku yang Hindu juga ada.

Setahu saya kampus UKSW sama sekali tidak menyediakan beasiswa untuk program studi ini. Beasiswa biasanya datang dari atau disediakan oleh individu, jaringan keluarga, atau gereja. Teman-temanku yang pendeta, kuliah mereka rata-rata dibiayai oleh gereja mereka masing-masing.

Bagaimana denganku? Awal kuliah dulu, saya memakai uang sisa-sisa tabungan saat bekerja sebagai wartawan di sebuah tabloid di Semarang untuk membayar uang pendaftaran dan biaya-biaya awal kuliah. Tetapi karena capek kuliah sambil kerja sebagai wartawan (saya ngekos di Semarang, sedangkan kuliah di Salatiga. Jadi harus bolak-balik tiap hari naik bus ekonomi), saya putuskan untuk berhenti jadi wartawan supaya bisa fokus kuliah.

Tapi akibatnya, saya gak punya uang pemasukan. Energi habis untuk kuliah. Sementara orangtuaku nggak mampu membiayai. Akhirnya terpaksa SPP sampai 3 semester nggak dibayar dan hampir drop out. Beruntung Pak John Titaley (Rektor UKSW) dulu setiap semester selalu memberi “selembar surat” keringanan untuk menunda pembayaran SPP sehingga saya bisa tetap kuliah setiap semester meskipun ngutang SPP dan meskipun “digremengi” oleh petugas administrasi he he.

Waktu itu, bayangan buruk gagal kuliah sudah di depan mata. Saya sudah pesimis bisa lulus kuliah. Tetapi Tuhan ternyata berkehendak lain. Suatu saat, sebuah lembaga di Belanda tertarik dengan proposal riset tesisku tentang peranan China dalam proses penyebaran Islam di Jawa/Indonesia. Mereka pun menyetujui untuk membiayai penelitianku.

Pada saat yang sama, beberapa orang baik hati menawarkan uluran tangan untuk membantu kuliahku di UKSW. Salah satunya adalah almarhum KH Sahal Mahfudh, mantan Ketum MUI dan Rais Aam PBNU. Sudah lama saya menjalin hubungan baik dengan beliau karena bukuku pertama dulu tentang Kiai Sahal.

Uang yang terkumpul itu kemudian saya pakai untuk melunasi SPP dan biaya-biaya kuliah lain (selain untuk urusan makan, transport, dll) sehingga saya bisa menyelesaikan kuliah, bisa wisuda, dan mendapat gelar “M.Si” yang jarang saya pakai he he. Saat wisuda, orang tua dan keluarga dari kampung di Batang, Jawa Tengah, saya undang ke kampus. Mereka rombongan datang menyewa pick up sambil membawa tikar dan makanan (lontong, ketupat, tahu, tempe enak rasane he he).

Mungkin karena kelaparan jauh-jauh dari kampung, sesampai di kampus UKSW, mereka langsung menggelar tikar-tikar itu sambil makan-minum dengan santai dan nikmatnya seolah-olah tidak ada makhluk-makhluk lain di sekitar mereka he he. Seingatku, mereka adalah “grup” satu-satunya yang makan-minum di atas hamparan tikar he he.

Jadi, yang mengatakan atau menuduh kuliahku dibiayai oleh “Kristen” itu “pitnah akbar” he he.

Bagaimana dengan kisah memperebutkan dan kompetisi mendapatkan beasiswa doktoral di Boston University, Amerika Serikat? Jangan kemana-mana karena kisah ini lebih seru lagi he he.

Artikulli paraprakKekerasan Israel-Palestina bukan Soal Agama
Artikulli tjetërBeasiswa Kuliah (2)
Antropolog Budaya di King Fahd University, Direktur Nusantara Institute, Kontributor The Middle East Institute, Kolumnis Deutsche Welle, dan Senior Fellow di National University of Singapore.

2 KOMENTAR

  1. Salut buanget kang atas jerih payahnya. Manusia hanya melihat sinis saat kita naik, begitu kita turun mereka bakalan tepuk tangan. Itulah manusia. Kang bagaimana dan gimana caranya kita bisa dapat beasiswa?aku lagi butuh sekali paling tidak summer course 3 atau 4 bulan di luar negeri karena kalau punya sertifikat dari luar negeri lebih mudah dapat kerja mengajar atau mungkin jadi dosen.aku lulusan tarbiyah pai. Sekarang lagi s2 tapi masih cuti karena kekurangan biaya. Makasih banyak atas perhatiannya

  2. Salut buanget kang atas jerih payahnya. Manusia hanya melihat sinis saat kita naik, begitu kita turun mereka bakalan tepuk tangan. Itulah manusia. Kang bagaimana dan gimana caranya kita bisa dapat beasiswa?aku lagi butuh sekali paling tidak summer course 3 atau 4 bulan di luar negeri karena kalau punya sertifikat dari luar negeri lebih mudah dapat kerja mengajar atau mungkin jadi dosen.aku lulusan tarbiyah pai. Sekarang lagi s2 tapi masih cuti karena kekurangan biaya. Makasih banyak atas perhatiannya

Komentar ditutup.