Saya ingin menegaskan sekali lagi bahwa dalam konteks Saudi tidak ada kekerasan Sunni-Syiah. Para tokoh masyarakat, ulama, dan warga Syiah yang saya temui di Qatif, Ahsa, Najran dan lain sebagainya menyatakan tidak ada masalah sedikitpun dengan Sunni. Demikian pula kaum Sunni, biasa-biasa saja dengan Syiah. Warga Syiah itu disini hanya bermasalah dengan kelompok minoritas “Wahabi/Salafi ekstrim” saja. Ingat hanya dengan “Wahabi/Salafi ekstrim” saja karena tidak semua kelompok Wahabi juga berseteru dengan Syiah.

Juga perlu diingat, bukan hanya Syiah yang dikafir-sesatkan oleh kelompok “Wahabi/Salafi ekstrim” ini tapi juga warga Sunni. Bahkan kelompok “Wahabi moderat” juga dituduh “kurang Wahabi”.

Sejumlah ulama Syiah ternama yang saya temui seperti Syeikh Humaidan, Sayyid Hashim, Syeikh Ibrahim dan lain sebagainya menegaskan tentang hubungan baik mereka dengan  warga Sunni.

Mereka bahkan menuturkan dalam berbagai pengajian, banyak warga Sunni yang datang. Setiap ada even-even sosial-kemasyarakatan, warga Sunni-Syiah juga saling membantu. Saya juga “blusukan” ke pasar-pasar tradisional dan menjumpai banyak warga Sunni-Syiah membaur baik sebagai penjual maupun pembeli. Meski mengaku sebagai pengikut Sunni atau Syiah, mereka lebih suka disebut “Muslim” saja.

Para ulama tadi juga menyimpan berpuluh-puluh kitab milik ulama Sunni dari berbagai mazhab fiqih  yang mereka gunakan sebagai referensi dalam ceramah & tulisan. Kalaupun ada konflik Sunni-Syiah di sejumlah “negara-negara Arab” lebih pada persoalan politik bukan problem keagamaan. Itupun “politik elit” bukan “politik massa”. Para elitnya pun, tidak memiliki pandangan seragam dlm hal ini.

Jadi asumsi dan pandangan bahwa telah terjadi “perseteruan” Sunni-Syiah tanpa terkecuali adalah keliru besar. Pandangan ini mengabaikan kompleksitas & pluralitas komunitas agama (Sunni, Syiah, Wahabi-Salafi, dan lain sebagainya) itu sendiri.

Lebih keliru lagi jika ada yg mengatakan bahwa di Saudi, Sunni & Syiah saling bermusuhan. Propaganda murahan seperti ini adalah sebuah “kebohongan publik” dan “pembodohan masyarakat” yang perlu diwaspadai motif & tujuan-tujuan para penyebar kebencian & permusuhan ini…

Artikulli paraprakTeks Itu Elastis Sehingga Berpotensi untuk “Dimanipulasi”
Artikulli tjetërTeroris, Pelaku Kekerasan Anti-Syiah di Saudi
Antropolog Budaya di King Fahd University, Direktur Nusantara Institute, Kontributor The Middle East Institute, Kolumnis Deutsche Welle, dan Senior Fellow di National University of Singapore.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini