Klaim yang mengatakan bahwa untuk menjadi baik maka seseorang itu perlu sebuah agama hanyalah “separuh benar”. Agama itu perlu bagi yang memerlukan saja. Kalau tidak perlu, ya tidak apa-apa. Karena untuk menjadi baik, orang tidak memerlukan agama. Agama hanyalah salah satu alat saja untuk menuju kebaikan tadi.

Banyak masyarakat non-agama—apapun istilahnya (sekuler, ateis, agnostik, dan sebagainya)—yang sangat baik, ramah, toleran, dan humanis: suka menolong umat manusia, berkorban demi kemanusiaan, ramah terhadap lingkungan, menyayangi binatang, pejuang perdamaian dan anti perang, dan lain-lain. Meskipun tentu saja ada yang sebaliknya.

Meski demikian, ironisnya justru kita kerap menyaksikan banyak umat beragama—apapun nama agamanya—yang antikemanusiaan, inhuman, arogan, intoleran, kejam terhadap manusia, binatang dan alam, tidak peduli dengan kemelaratan dan kebodohan, dan sebagainya.

Walaupun tentu saja ada yang sebaliknya, yakni banyak komunitas dan tokoh agama yang diinspirasi nilai-nilai universal agama untuk membangun perdamaian dan persodaraan global lintas-agama dan kemanusiaan.

Sejumlah agama (khususnya “rumpun agama Semit”: Islam, Kristen, dan Yahudi) mengklaim bahwa masyarakat non-agama kelak akan terjerumus masuk Neraka di alam akhirat. Saya sendiri tidak begitu menghiraukan dengan klaim-klaim teologis-keagamaan ini. Urusan “dunia lain” urusan nanti. Itu tugas Tuhan dan para malaikat (atau apapun namanya).

Tugas manusia di dunia ini adalah berbuat baik dengan sesama umat dan makhluk-Nya serta menjaga alam semesta ini dari tangan-tangan jahil dan orang-orang serakah, korup dan biadab, tidak penting mereka ini beragama maupun bukan.

Sayangnya banyak umat beragama yang sibuk “mengurusi akhirat” yang bukan wewenangnya dan melupakan urusan dunia yang menjadi tugas dan kewajibannya. [SQ]

Artikulli paraprakAgama Itu Untuk Manusia Bukan Untuk Tuhan
Artikulli tjetërApakah Ajaran Agama Hanya Empati Pada Kelompoknya ?
Antropolog Budaya di King Fahd University, Direktur Nusantara Institute, Kontributor The Middle East Institute, Kolumnis Deutsche Welle, dan Senior Fellow di National University of Singapore.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini