Saya mendata ada cukup banyak perbedaan mendasar antara “Arab Ori” dan “Arab KW”. Berikut diantaranya.
“Arab Ori” adalah grup etnolinguistik keturunan Semit dimana Bahasa Arab adalah “bahasa ibu” mereka. Sedangkan “Arab KW” itu, namanya saja “KW”, ya jelas bukan Arab tetapi petengtang-petengteng berlagak seperti “orang Arab”.
Dari segi fisik, “Arab Ori” kebanyakan berbadan tinggi-besar dan memiliki bentuk hidung yang suka menonjolkan diri “hidung pamer” alias mancung. Sedangkan “Arab KW” kebanyakan berbadan kecil-mungil dan memiliki hidung yang pemalu dan tidak suka menonjolkan diri (alias hidung pesek) he he.
“Arab Ori” menganggap busana jubah (thaub) dan pernik-pernik pakaian lain itu semata-semata sebagai produk budaya. Sementara bagi “Arab KW”, itu semua bagian dari “ajaran Islam”. Perempuan “Arab Ori” juga menganggap busana abaya dan cadar semata-mata sebagai tradisi/budaya masyarakat Arab setempat.
Sedangkan bagi perempuan “Arab KW” menganggap cadar (niqab dan sejenisnya) sebagai “doktrin agama”.
Saya melihat “Arab ori” sangat cocok, matching dengan ukuran tubuh, dan elegan kalau memakai pakaian gamis. Begitu juga perempuan “Arab Ori” sangat pas kalau memakai cadar. Sementara saya melihat “Arab KW” yang memakai jubah itu banyak yang kedodoran, kurang pantas, dan terkesan dipaksakan. Perempuan “Arab KW” apalagi sama sekali nggak matching kalau memakai cadar karena berhidung pesek jadi sering melorot itu barang he he.
“Arab Ori”, karena menganggap gamis sebagai produk kebudayaan, sama sekali tidak mempermasalahkan kaum Muslim untuk memakai jenis pakaian apa saja asal sesuai dengan norma kepantasan. Karena itu banyak sekali dari mereka yang memakai jeans, kaos, katok-kolor dan aneka jenis pakaian kasual lain. Kalau menurut “Arab KW”, gamis adalah “sunah rasul” he he.
“Arab Ori” sangat kebarat-baratan, sedangkan “Arab KW” sangat “kearab-araban” he he. “Arab Ori” mendambakan Barat karena dianggap sebagai simbol kemajuan teknologi, pendidikan, modernisasi, dlsb. Bahkan bukan hanya Barat saja. Jepang, China, atau Korsel sudah dianggap sebagai simbol kemajuan. Sedangkan “Arab KW” menganggap Barat atau China sebagai “simbol tapir-njepir kopar-kapir” plus “ateis-komunis” he he.
“Arab Ori” cas-cis-cus ngomong Bahasa Inggris karena dianggap sebagai “bahasa orang intelek, modern, dan kelas elit”. Sedangkan “Arab KW” akha-akhi, ukhta-ukhti melulu sama “happi milad” he he
“Arab Ori” gemar makan nasi kebuli, kabsah, biryani dan semacamnya. Kalau “Arab KW” hobi makan nasi uduk, ikan teri, dan semur jengkol he he
[…] yang keliru terhadap Bangsa Arab. Arab adalah sebuah “entitas etholinguistik”, bukan “entitas keagamaan”. Sebagai sebuah entitas entholinguistik, Bangsa Arab, sebagaimana bangsa-bangsa lain di jagat raya […]
Komentar ditutup.