Apa Sebenarnya yang Anda Bela?
Banyak orang mengklaim membela agama. Padahal sebenarnya yang mereka bela itu adalah wacana keagamaan.
Banyak orang mengklaim membela Islam. Padahal sebenarnya yang mereka bela adalah aliran, sekte dan ormas Islam.
Banyak orang mengklaim membela Tuhan. Padahal sebenarnya yang mereka bela adalah konsep tentang Tuhan.
Banyak orang mengklaim membela ayat-ayat Al-Qur’an. Padahal sebenarnya yang mereka bela adalah tafsir atas ayat-ayat Al-Qur’an.
Banyak orang mengklaim membela syariat Islam. Padahal sebenarnya yang mereka bela adalah mazhab fiqih Islam.
Banyak orang mengklaim membela ulama. Padahal sebenarnya yang mereka bela itu bukan ulama.
Banyak orang mengklaim membela ajaran agama. Padahal sebenarnya yang mereka bela itu adalah ajaran budaya.
Banyak orang mengklaim mengikuti sunnah Nabi. Padahal sebenarnya mereka mengikuti “sunah”-nya sendiri.
Mari budayakan berpikir kritis dan jernih. Karena dengan berpikir itulah sehingga kita layak disebut sebagai manusia.
Bela Negara Lebih Penting Ketimbang Bela Agama
Yang menganggap “membela negara” tidak ada hubungannya dengan “membela agama” itu keliru. Yang menganggap “membela agama” lebih penting daripada “membela negara” juga tidak akurat.
Dalam konteks Indonesia, membela kedaulatan negara = membela kedaulatan agama. Tetapi membela kedaulatan agama # membela kedaulatan negara.
Negara Indonesia adalah “rumah bersama” bagi berbagai agama, baik “agama pribumi” maupun “agama non-pribumi”. Kalau kita memperjuangkan negara berarti secara otomatis kita memperjuangkan hak-hak berbagai kelompok agama.
Tetapi kalau kita egois memperjuangkan agamanya sendiri, maka kita akan cenderung mengabaikan hak-hak pemeluk agama lain.
Jika Anda tidak beragama, Anda masih bisa tinggal dan hidup di negara mana saja. Tapi jika Anda tak bernegara, Anda mau tinggal dan hidup dimana?
Jadi, sadarlah saudaraku, hentikanlah makian kalian terhadap Negara Indonesia. Tobatlah saudaraku, hentikanlah cacian kalian terhadap Negara Indonesia.
Mencaci-maki Negara Indonesia sama saja dengan mencaci-maki rumah kalian sendiri. Atau jangan-jangan para pencaci negara ini memang bukan warga “pribumi Indonesia” sehingga tidak menganggap Tanah Air tercinta ini sebagai rumah mereka?