Sejumlah ormas Islam dan ulama Sunni di Indonesia, termasuk MUI, menganggap milisi Houthis di Yaman sebagai Syiah dan karena itu “halal” diperangi. Menariknya, kontras dengan klaim sejumlah tokoh Muslim dan ormas Islam di Indonesia, sejumlah tokoh Syiah di Saudi seperti Syeikh Humaidan, Sheikh Ibrahim al-Bathouth dan lain-lain yang saya temui justru menganggap “Houthis” itu Sunni.

Seperti di Sunni, dalam Syiah juga terjadi friksi-friksi yang tajam antara Syiah Imamiyah, Isma’iliyah, Zaidiyah dan berbagai sekte sempalan lain. Mereka juga berkonflik satu sama lain. Kelompok Houthis adalah Syiah Zaidiyah yang berbeda secara “teologi” dan konsep keagamaan dengan Syiah Itsna Asy’ariyah atau Imamiyah. Kelompok Syiah Zaidiyah ini juga ada di Saudi meski kecil terutama di bagian selatan yang berbatasan dengan Yaman. Sementara mayoritas Syiah di Saudi adalah Imamiyah (seperti Syiah-nya Iran) yang mendiami kawasan timur Saudi (Asy-Syarqiyah, khususnya Ahsa dan Qatif).

Arab Saudi dan Iran memang sama-sama berambisi menjadi “regional power” di Timur Tengah, meski banyak pengamat meramalkan strategi Iran di Yaman akan gagal, tidak semulus seperti apa yang mereka lakukan di Lebanon. Yaman dan Lebanon memang berbeda dari segi apapun: karakter Syiah, struktur masyarakat, budaya, komposisi politik, wilayah dan sebagainya. Jadi, ini murni persoalan perebutan kekuatan dominasi politik-ekonomi Timur Tengah yang tidak ada kaitannya dengan akidah dan agama.

Sebab itu, sangat lucu jika sejumlah ulama dan ormas Islam Sunni di Indonesia begitu heroik menggalang gerakan anti-Syiah dengan alasan mereka berpotensi membuat revolusi politik seperti di Timur Tengah: alasan yang sangat mengada-ada seperti dulu ketika Pak Harto ketakutan akan bahaya “Revolusi Islam Iran 1979” di Indonesia, sebuah “mimpi buruk” yang berlebihan, dan terbukti memang hanya “mimpi”. [SQ]

Artikulli paraprakSalafi-Wahabi Moderat
Artikulli tjetërSyiah, Arab, dan Israel
Antropolog Budaya di King Fahd University, Direktur Nusantara Institute, Kontributor The Middle East Institute, Kolumnis Deutsche Welle, dan Senior Fellow di National University of Singapore.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini