Di saat kaum Muslim di seluruh dunia berbondong-bondong ke Makkah untuk berhaji, murid-murid saya yang dari Makkah malah mengaku mau liburan ke Eropa dan Amerika pada waktu musim haji. Menurut mereka, sumpek tinggal di Makkah pada waktu musim haji.

Perlu diketahui juga tidak semua warga Saudi sudah berhaji karena biaya haji yang cukup mahal bagi yang belum kerja. Banyak murid-murid saya yang mengaku belum haji karena belum mampu dan mereka tidak mau dibayarin oleh orang tua mereka untuk haji. Buat mereka, biaya haji harus dari hasil keringat mereka sendiri.

Pemerintah Saudi saat ini menurunkan standar biaya haji bagi semua penduduk yang tinggal di kerajaan ini (termasuk saya tentunya) maksimal SR 12,000 agar warga yang belum berhaji bisa haji.

Sebetulnya kalau mau bersusah payah sedikit, dengan uang SR2,000 atau sekitar Rp. 7 juta) sudah bisa untuk mendaftar haji (dengan fasilitas ala kadarnya. Tapi mungkin murid-murid saya ini gak mau kalau berhaji ala kadarnya).

Pemerintah juga membatasi: bagi yang sudah berhaji tidak boleh haji lagi sebelum lima tahun, sebuah kebijakan yang saya kira sangat penting untuk mengurangi kepadatan jamaah haji dan memberi peluang bagi yang belum berhaji. [SQ]

Artikulli paraprakToilet, Perempuan, dan “Pergantian Identitas”
Artikulli tjetërIslam, Agama, dan Budaya Arabia
Antropolog Budaya di King Fahd University, Direktur Nusantara Institute, Kontributor The Middle East Institute, Kolumnis Deutsche Welle, dan Senior Fellow di National University of Singapore.