Salah satu faktor yang membuat macet proses perdamaian Israel-Palestina adalah Benjamin “Bibi” Netanyahu. Dalam sebuah pidato di hadapan AIPAC (American Israel Public Affairs Committee) belum lama ini ia berkata: “In a dark, and savage, and desperate Middle East, Israel is a beacon of humanity, of light and of hope”. Pidato yang bombastis dan membual ini mengisyaratkan dua hal: keburukan Arab dan kebaikan Israel. Padahal, salah satu faktor penting yang membuat proses perdamaian di Palestina menjadi deadlock adalah Benjamin sendiri.   

Netanyahu adalah sosok pemimpin keras kepala yang mau menang sendiri, merasa paling bersih, padahal belepotan dengan darah. Sikap arogan dan angkuhnya itu yang membuat ia dimusuhi banyak pihak, tidak cuma kaum Muslim tapi juga kelompok pro-perdamaian Kristen dan Yahudi.

Sikap bengalnya itu pula yang membuat upaya perdamaian Israel-Palestina yang pernah digagas oleh Shimon Peres atau Jimmy Carter berantakan. Sementara di sisi lain, ironisnya, para anggota Congress di AS betul-betul seperti “kumpulan circus” yang bertepuk-tangan dengan gemuruh saat menyaksikan pidato si Netanyahu yang penuh bualan itu seolah ia adalah pahlawan perdamaian. Di sini kadang saya merasa sedih sekali dengan para elit Amerika yang mengklaim sebagai pejuang demokrasi dan perdamaian global. [SQ]

Artikulli paraprakArab dan Yahudi di Israel
Artikulli tjetërPenampilan Bukan Cermin Perilaku
Antropolog Budaya di King Fahd University, Direktur Nusantara Institute, Kontributor The Middle East Institute, Kolumnis Deutsche Welle, dan Senior Fellow di National University of Singapore.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini