Jangan mudah tertipu dengan penampilan dan pakaian seseorang. Banyak orang salah menilai seseorang karena hanya melihatnya dari potongan penampilan dan gaya berpakaian. Tidak ada hubungannya antara jubah dan jenggot dengan konservatisme, antara cadar dan kekolotan berpikir, antara sarung dan anti-modernisme.
Banyak orang bersarung, berjubah, berjenggot dan bercadar yang bertindak dan berpikiran maju, modern, progresif dan pluralis-toleran (meskipun tentu saja ada yang sebaliknya). Banyak pula orang-orang yang berpotongan dan berpenampilan klimis, necis dan trendi tetapi jalan pikirannya kuno, otaknya bebal, tindakannya rasis dan intoleran seperti Donald Trump dan kawan-kawan (meskipun tentu saja ada yang sebaliknya).
Banyak pula perempuan yang berjilbab gelombor dan berhijab tetapi hanya sebatas untuk menutupi tubuh di ruang publik belaka atau bahkan karena takut dengan aturan ini-itu. Sementara di ruang-ruang privat, mereka tidak mencerminkan ahlak atau moralitas seorang beragama.
Meskipun, lagi-lagi, ada yang sangat “bermoral”, baik di ruang publik maupun di ruang privat. Pula, banyak orang-orang (laki-laki maupun perempuan) yang suka berpakaian mini tetapi jalan pikiran dan perilakunya semini pakaiannya (walaupun tentu saja ada yang sebaliknya).
Lihat dan nilailah orang dari cara berpikir, berperilaku dan bertutur kata. Di dunia yang penuh “kegilaan” ini, banyak orang berdandan seperti Nabi Muhammad tetapi jalan pikiran, tindakan dan tutur katanya seperti penjahat Abu Jahal atau Abu Lahab, dua tokoh utama yang bengis dan selalu memusuhi Nabi Muhammad di awal-awal sejarah keislaman.
Banyak orang yang mengaku sebagai ulama, ustad dan juru dakwah tetapi jalan pikiran dan tindakannya seperti “begundal tengik” dan provokator penebar kebencian dan intoleransi.
Banyak orang lihai berdalil dan fasih berbahasa Arab tetapi mereka gunakan dalil-dalil dan kefasihan itu untuk mendukung jalan pikiran dan kelompoknya serta menyerang dan memojokkan orang dan kelompok lain, bukan digunakan untuk menebar kebaikan, kedamaian, cinta dan kasih sayang sesama umat manusia. [SQ]
Wong batang Melu moco kang
Ingin menambah ilmu yg berhubungan dengan keyakinan sebagai modal dalam kehidupan sehari hari di tengah masyarakat yg heterogen