Hubungan masyarakat akar rumput Sunni-Syiah di Arab/Timur Tengah sebetulnya tidak seburuk seperti yang dipersepsikan banyak orang dan media. Otoritas politik berbasis Sunni atau Syiah-lah yang biasanya memperuncing relasi kedua komunitas ini. Selain itu, sejumlah kelompok ektrimis-fanatik di luar negara juga turut merunyamkan suasana. Di luar itu sebetulnya oke-oke saja. Saya pernah menulis kolom singkat di Gatra tentang dinamika hubungan Sunni-Syiah di Saudi khususnya. Jika berminat bisa di-Google kolom saya itu.

Yang menarik, relasi kedua kelompok ini juga sering tidak stabil. Di Lebanon, misalnya, Sunni-Syiah berkolaborasi, bersama kelompok Kristen Maronite, guna membentuk pemerintahan ideal yang kuat. Musuh bersama mereka adalah Israel, sementara milisi Syiah Hezbollah menjadi tulang punggung negara dan masyarakat baik Muslim maupun bukan. Kelompok Syiah juga membantu milisi Sunni Hamas di Palestina guna melawan agresi Israel. Lucunya, para fans Hamas yang Sunni di Indonesia justru memusuhi Syiah.

Bagaimana dengan posisi Sunni di “negara Syiah” Iran? Saya belum pernah ke negara ini sehingga kurang “otoritatif” untuk berkomentar tentang hubungan Sunni-Syiah di negara “para mullah” ini. Tetapi sebuah video dokumenter yang direkam oleh Ahmad Mustafa, seorang pengamat politik dan ekonomi dari Mesir yang juga Sunni dalam lawatannya ke Iran, menarik untuk dicermati dan studi lebih lanjut agar informasi tentang relasi Sunni-Syiah di Timur Tengah (yang juga berdampak di Indonesia) tidak bias.

Dalam video itu menunjukkan bagaimana kaum Sunni di Iran, menikmati kehidupan dan bebas merayakan aneka kegiatan budaya dan keagamaan. Ini tentu saja kontras dengan apa yang dilakukan oleh Wali Kota Bogor Bima Arya dan sejumlah sekelompok “ormas Islam tengil” di Indonesia yang selalu memusuhi kaum Syiah dengan dalih ini-itu. [SQ]

Artikulli paraprakSyiah, Arab, dan Israel
Artikulli tjetërRelasi Sunni-Syiah di Arab Saudi (02)
Antropolog Budaya di King Fahd University, Direktur Nusantara Institute, Kontributor The Middle East Institute, Kolumnis Deutsche Welle, dan Senior Fellow di National University of Singapore.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini