Fenomena tentang ke-salafi-an bukan hanya ada di komunitas Islam, tetapi juga di kalangan Kristen. Sewaktu dua tahun tinggal di Virginia, USA, dulu saya berkesempatan menelusuri jejak-jejak “Kristen salafi” ini. Di antara mereka ada yang menamakan diri Amish, Old Order Mennonite dan Hutterites. Semua dari rumpun teologi Anabaptis. Kelompok ini sangat ketat dalam mentaati dan mencontoh aturan, perilaku dan adat-kebiasaan serta menjauhi hal-ikhwal yang tidak pernah dilakukan oleh pendiri agama mereka (Yesus Kristus) dan generasi Kristen awal (“salafus shalih“).

Itulah sebabnya kenapa kaum laki-laki dewasa dari kelompok ini berjenggot lebat karena dianggap sebagai “sunah rasul”, kaum perempuan juga memakai pakaian sederhana plus kerudung dan tanpa make up. Mereka juga tidak mau menggunakan listrik dan aneka teknologi modern. Mereka juga tidak mau memiliki mobil karena memiliki semua itu dianggap “bid’ah” karena Yesus tidak pernah memiliki mobil dan menggunakan teknologi modern. Kendaraan mereka adalah delman.

Mereka tinggal di daerah-daerah terpencil yang jauh dari hingar-bingar perkotaan. Semua keperluan hidup dihasilkan dari bercocok tanam di lahan pertanian yang luas. Meski memasak dengan peralatan ala kadarnya, masakan mereka terkenal lezat. Beberapa kali saya berkunjung ke rumah (baik di Virginia, Indiana, maupun di Pennsylvania) dan menikmati masakan mereka yang “enak gila”.

Yang menarik lagi adalah kelompok “Kristen salafi” ini tidak pernah menyuruh-nyuruh umat Kristen lain untuk melakukan hal yang sama seperti yang mereka lakukan apalagi menganggap umat Kristen lain yang tidak seperti mereka dianggap sesat. Kesalafian yang mereka praktekkan adalah untuk diri mereka sendiri dengan tetap menghormati dan terbuka terhadap jenis-jenis kekristenan lain. Karena itu, saya menyebut kelompok ini sebagai “konservatif-inklusif”.

Dan yang paling fenomenal dari kelompok ini adalah tentang keyakinan teologis dan praktek perdamaian (pacifism) yang mereka lakukan karena berbuat kekerasan bagi mereka adalah menyalahi ajaran-ajaran Yesus. Mereka berpendapat bahwa Yesus tidak pernah mengajarkan dan mempraktekkan kekerasan. Karena militansi mereka dalam hal spirit perdamaian inilah, kelompok ini, bersama Quakers dan Church of the Brethren, disebut sebagai “Historic Peace Churches”.

Lalu, adakah perpedaan antara “Kristen Salafi” dengan “Muslim Salafi”? [SQ]

Artikulli paraprakHijab Kristen dan Yahudi
Artikulli tjetërMasyarakat Arab dan Warisan Konflik Leluhur
Antropolog Budaya di King Fahd University, Direktur Nusantara Institute, Kontributor The Middle East Institute, Kolumnis Deutsche Welle, dan Senior Fellow di National University of Singapore.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini