Wahai para pendukung fanatik Pak Jokowi maupun Pak Prabowo, dukunglah calon idola kalian dengan cara-cara yang waras, wajar, dan elegan.
Di alam demokrasi yang bebas-merdeka ini (ingat: hal seperti ini tidak ada di “alam khilapah”!), kalian boleh milih calon siapa saja yang dianggap “wokeh” dan “kece-bade”. Tapi tentu saja harus dengan cara yang waras.
Jangan korbankan kepentingan rakyat, bangsa, dan negara yang begitu berharga itu hanya karena soal coblos-mencoblos capres.
Jangan korbankan ikatan pertemanan dan persaudaraan hanya karena beda pilihan paslon. Jangan sampai saling bermusuhan apalagi sampai cerai hanya karena beda calon idaman.
Tak perlu. Sama sekali tak perlu.
Pula, kalian wahai rakyat kebanyakan, tak perlu mengfitnah, menghina, mencaci-maki, gontok-gontokkan, menyebar berita-berita hoaks, dan seterusnya hanya karena ingin paslon Anda menang di kontes Pilpres atau Pilkada.
Kalian itu “rakyat biasa” hanya dijadikan sebagai “kayu bakar” saja oleh para makelar, “tim sukses”, atau petualang politik yang ngaceng kekuasaan dan jabatan.
Jadi untuk apa atau ngapain kalian sampai berantem hingga benjal-benjol jontar-jontor lambe dan raimu hanya karena mendukung paslon tertentu? Untuk apa? Coba pikir…
Yang kalian dukung mati-matian itu, seandainya kemudian menang pun, belum tentu nanti ingat pada dirimu yang babak-belur dan modal-madil.
Jadi, jangan hanya karena uang recehan atau janji-janji gombal paslon, kalian kemudian “gadaikan” akal sehat dan hati-nurani lalu berantem dengan sesama warga, tetangga, teman, dlsb.
Lagi pula, apalah artinya sebuah kemenangan yang diraih dengan cara-cara kotor, biadab, keji, dan munkar seperti yang terjadi di Pilpres di AS atau Pilgub di Jakarta? Kalaupun, misalnya, paslon Anda kemudian menang dengan cara-cara kotor itu, mereka tak akan mampu memenangkan akal sehat dan hati-nurani mayoritas rakyat yang masih waras.
Jadi, sekali lagi, dukunglah paslon idola Anda dengan cara-cara yang santun dan elegan. Dukunglah capres yang visioner dan kerja keras untuk kemakmuran negeri, serta optimis yang kira-kira mampu membawa Indonesia ke depan menjadi negara yang lebih dahsyat dan disegani oleh bangsa-bangsa lain, bukan capres yang nglokro dan pesimis yang meramalkan kemelorotan, kebangkrutan, dan kiamat Indonesia yang kita cintai di kemudian hari.
Jabal Dhahran, Jazirah Arabia