Kenapa sebagian umat beragama begitu sibuk dan bersemangat mengurusi masalah ritual dan ibadah orang lain? Sebagian lagi sibuk menyesatkan kepercayaan orang lain sementara melupakan kesesatannya sendiri. Sebagian yang lain sibuk mengkafirkan keyakinan orang lain sementara melupakan kekafirannya sendiri.
Kafir-sesat-lurus itu subyektif, bahkan politis. Jika kalian mengklaim orang lain sesat, maka orang lain yang kalian sesatkan itu juga menganggap kalian sesat juga. Jadi, lebih baik kalian urus keamburadulan kalian daripada ngurusi orang lain. Politik juga sering campur tangan dalam urusan sesat-menyesatkan dan seperti biasa agama dijadikan sebagai “stempel” kesesatan itu.
Menurutku, kalian -umat beragama- tidak perlu repot-repot mengurusi tatacara ibadah dan kepercayaan orang lain. Toh kalau kelak mereka masuk neraka, mereka tidak akan mengajak kalian. Kalau kelak kalian masuk surga, kalian juga akan menikmati sendirian, tidak akan berbagi kenikmatan dengan mereka.
Jadi, sekali lagi, untuk apa kalian capek-capek sampai ngamuk-ngamuk “meluruskan” ibadah dan kepercayaan orang lain? Kamu kira Tuhan bahagia dengan sikap beringas kalian? Kalaupun semua orang di muka bumi ini tidak ada yang beribadah dan percaya kepada-Nya pun, Tuhan tidak rugi. Tuhan itu kan “ateis” (karena tidak ada Tuhan yang percaya Tuhan), jadi Dia “tidak petheken” (masalah) dengan orang-orang ateis. Tuhan saja “santai” kenapa kalian yang sewot?
Tugas umat beragama itu sebatas mewartakan (bukan memaksakan) kebenaran, selebihnya diserahkan kepada Tuhan -mau diislamkan kek, dikristenkan kek, diyahudikan kek dan seterusnya. Bukankah begitu? [SQ]