Dalam sebuah presentasi mahasiswa dan diskusi di kelas terungkap alasan kenapa para pemuda Saudi tidak mau menggeluti profesi “pekerjaan kasar” di pabrik, restoran dan sebagainya. Alasan pertama karena sejak kecil mereka dimanjakan dan tidak pernah hidup susah.

Alasan berikutnya adalah karena mereka takut tidak mendapatkan istri karena perempuan-perempuan Saudi yang “aduhai” itu, menurut mereka, tidak mau menikah dengan laki-laki “kelas bawah.” Mereka maunya menikah dengan laki-laki mapan, terdidik dan “berilmu” seperti seorang dosen universitas karena, selain mapan secara ekonomi juga dianggap bisa membimbing rumah tangga dan mengangkat “derajat” dan “prestise” mereka di mata keluarga, klan, suku dan perempuan-perempuan lain.[SQ]

Artikulli paraprakTidak Semua Yahudi Itu Pendukung Zionisme
Artikulli tjetër“Tragedi Sarapan” di Makah
Antropolog Budaya di King Fahd University, Direktur Nusantara Institute, Kontributor The Middle East Institute, Kolumnis Deutsche Welle, dan Senior Fellow di National University of Singapore.