Menganggap dunia Arab sebagai “dunia Islam” adalah sama konyolnya dengan menganggap dunia Barat sebagai “dunia Kristen”. Sebagaimana Barat yang multikultural dan multiagama, Arab juga sama.

Dari 22 negara-negara Arab yang dicatat oleh Liga Arab: dari Arab Saudi sampai Djibouti yang kecil-mungil tidak ada satupun yang dihuni hanya oleh “etnik Arab” apalagi “Muslim Arab”. Ada berbagai suku, sub-suku, etnik, klan dan sub-klan: Assyria, Kurdi, Berber, Azeri, Mandaean, Circassia, dan lain-lain. Orang-orang Arab juga memeluk berbagai agama sehingga ada Arab Muslim, Arab Kristen, Arab Yahudi, Arab Druze, Arab Yazidi dan sebagainya.

Murid Saudi-ku, Ahmad Al-Ghahaity, yang mengaku “pensiunan Wahabi” tertawa lebar ketika saya bilang bahwa mayoritas masyarakat Indonesia dan juga Asia Tenggara pada umumnya itu menganggap Arab sama dengan Muslim. Dia juga heran kenapa banyak orang-orang di Malaysia dan Indonesia yang memakai jubah ala Arab atau Saudi. “Pakaian ini kan budaya kami, kenapa mereka ikut-ikutan?”, cetusnya penuh selidik.

Jika hendak meniru Nabi Muhammad, maka tirulah akhlak dan perilakunya, bukan jubahnya, bukan jenggotnya, bukan cara makannya dan hal-ikhwal yang remeh-temeh lainnya. Sebab akhlak dan perilaku itulah yang membedakan antara Nabi Muhammad dan para penjahat Arab seperti Abu Jahal.

Apalah artinya memakai jubah panjang dan berjenggot lebat jika akhlak dan perilakunya seperti Abu Jahal? Alih-alih hendak melakukan Sunah Nabi Muhammad, malah Anda ini terjerumus ke dalam “Sunah Abu Jahal”.[SQ]

Artikulli paraprakRelativisme Diterapkan Pada Budaya Beragam
Artikulli tjetërImajinasi Tentang Surga dan Neraka
Antropolog Budaya di King Fahd University, Direktur Nusantara Institute, Kontributor The Middle East Institute, Kolumnis Deutsche Welle, dan Senior Fellow di National University of Singapore.