Ya, salah satu adat lokal Saudi yang diwariskan secara turun-temurun sejak zaman masyarakat Badui adalah menjamu tamu (baca buku Margeret Nydell’s Understanding Arabs). Saya pun pernah dijamu oleh keluarga Muhammad Shalah al-Sa’ad di kebunnya yang rindang yang dipenuhi pohon kurma di daerah Ahsa.

Biasanya warga Saudi yang mampu, mereka mempunyai kebun luas yang juga didesain untuk tempat istirahat dan bersantai bersama keluarga dan handai tolan. Mereka bangun rumah-rumah sederhana di kebun ini sebagai tempat untuk refreshing atau makan-makan / pesta kecil-kecilan bersama kerabat.

Waktu itu kami menikmati hidangan “madi” ala Saudi. Ada sejumlah hidangan makan populer di Saudi. Selain, madi, juga ada nasi kabsah dan biryani. Untuk membuat masakan supaya sedap dan enak, maka cara memasaknya harus “ditanam” di tanah setelah dibungkus terlebih dulu dalam daun tertentu dan dimasukkan ke dalam kuali.

Setelah beberapa saat lamanya, makanan siap dihidangkan: nasi dicampur dengan daging (biasanya daging domba atau ayam) plus rempah-rempah. Memang luar-biasa rasanya. Cara makannya dengan jari sambil duduk bersila persis seperti acara kondangan atau selametan di kampung-kampung jaman dulu. Sayangnya sekarang sudah susah didapat sekarang ini.

Di kebun itu, selain dipenuhi aneka tumbuhan, juga ternak, khususnya sapi dan domba. Bagi warga Saudi, memiliki kebun atau farm yang hijau adalah “sesuatu banget” di tengah cuaca yang super-panas.

 Kebun ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat “rekreasi saja” atau sekedar ngumpul bersama keluarga dan handai-tolan tetapi juga tempat untuk mendiskusikan hal-ihwal yang berkaitan dengan masalah keseharian mereka.

 Di manapun manusia berada, mereka selalu menciptakan ruang-ruang untuk pertemuan, bercengkerama, dan bertukar pikiran tentang segala sesuatu. [SQ]

Artikulli paraprakPentingnya Niqab Bagi Perempuan Arab
Artikulli tjetërDi Balik Pakaian Gamis, Mereka Penikmat Hiburan Kelas Wahid
Antropolog Budaya di King Fahd University, Direktur Nusantara Institute, Kontributor The Middle East Institute, Kolumnis Deutsche Welle, dan Senior Fellow di National University of Singapore.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini