Sejumlah perbedaan antara mahasiswa Amerika dan Arab. Dulu, waktu mengajar di Boston, jika ada mahasiswa/i yang kurang puas dengan nilai yang ia dapat, biasanya ia datang ke kantor untuk menanyakan alasan saya memberikan nilai tersebut. Setelah mendengar penjelasan, ia langsung mafhum.
Di Saudi lain ceritanya, para mahasiswa (biasanya yang “otaknya pas-pasan” atau “mahasiswa abadi” yang sering berulah) melancarkan berbagai macam taktik, strategi dan “modus” untuk berusaha mendapatkan nilai baik atau selamat dari F.
Ada yang memuji-muji, ada yang menawarkan bantuan ini-itu, ada yang mendoakan, ada yang membuat kisah-kisah tragis dan sedih, ada yang memohon-mohon, ada juga yang memberi ceramah atau kultum lengkap dengan dalil-dalilnya.
Pernah suatu ketika, karena tidak saya luluskan, seorang mahasiswa datang ke kantor dan memberi “kultum”: “Duktur, Allah saja maha pemaaf, masak profesor tidak? Maafkan kesalahku duktur, luluskan saya karena ini semester terakhir buatku,” pinta dia. Sekian menit kemudian saya jawab: “Allah tidak cuma maha pemaaf, tapi juga maha penghukum untuk hamba-hambanya yang melanggar aturan.
Saya maafkan kamu, tapi saya juga menghukummu kerena telah melanggar aturan universitas. Bukan saya tapi kamulah yang tidak meluluskanmu…”. [SQ]